25 Kata yang Sebaiknya Diketahui Anak Pada Usia 2 Tahun
Jakarta - Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui
apakah seorang anak mengalami keterlambatan bicara atau tidak. Dari
penelitian itu terungkap, ada 25 kata yang sebaiknya sudah diketahui
anak saat mereka berusia dua tahun.
Penelitian tersebut bernama Language Development Survey yang dilakukan oleh Professor Leslie Recorla dan timnya. Dalam risetnya, LDS menggunakan laporan dari para orangtua soal perkembangan bicara anak mereka yang berusia 18-35 bulan.
Ada 310 kata dalam daftar kosa kata yang dirancang untuk diketahui balita dibuat LDS. Ratusan kata tersebut bisa dengan mudahnya dikenali anak-anak sekolah yang duduk di bangku kelas lima.
Dengan daftar kata tersebut, LDS menerima laporan orangtua soal apakah anak mereka mengalami kertelambatan bicara atau tidak. Rata-rata balita tahu 150 kata. Tapi selama si balita mengetahui 75-225 kata berarti dia masih dikategorikan normal, tidak terlambat bicara.
Dalam konferensi American Association for the Advancement of Science’s dikemukakan, orangtua perlu waspada jika balitanya hanya bisa bicara 50 kata atau kurang. 25 kata yang ada dalam daftar LDS ini juga harus diketahui oleh balita yang baru belajar bicara.
25 kata tersebut adalah, ibu, ayah, susu, bayi, jus, hallo atau hai, bola, ya, tidak, kucing, anjing, mata, pisang, biskuit, mobil, panas, terimakasih, mandi, sepatu, topi, buku, lagi, habis, dadah atau bye bye.
"Kalau anak tidak banyak menggunakan kata-kata tersebut saat berusia 2 tahun, mereka bisa jadi termasuk terlambat bicara," ujar Professor Leslie seperti dikutip Daily Mail.
Untuk Anda yang merasa si kecil mengalami keterlambatan bicara, Leslie mengatakan, orangtua tidak perlu panik. Cukup banyak balita mengalami hal serupa. Namun kalau sampai si anak masih berusaha untuk bicara pada usia 2,5 tahun, orangtua perlu mempertimbangkan untuk meminta bantuan ahli atau mengajak anak menjalani terapi bicara.
Konferensi yang digelas di Vancouver, Kanada itu juga mengungkapkan setidaknya ada 20% anak dua tahun yang kemampuan bicaranya lebih lambat dari teman-temannya. 3/4 dari anak-anak tersebut memang termasuk yang terlambat bicara dan akan mengejar ketertinggalan seiring berjalannya waktu. Namun dalam kasus lain, bisa saja si anak memiliki masalah kertelambatan bicara seumur hidupnya. Saat seorang anak kesulitan pada kosakata sederhana itu juga bisa menjadi tanda dari masalah yang lain, seperti tuli, autis, dan dyslexia.
Dalam penelitiannya, Profesor Rescorla meneliti 78 anak berusia dua tahun selama 15 tahun. Dari penelitian tersebut terungkap, 1/2 responden Rescorla lambat dalam mulai belajar bicara. Namun pada saat mereka berumur 17 bulan, kosa kata yang mereka ketahui sama baiknya dengan anak-anak yang kemampuan bicaranya tidak terlambat atau normal. Meski begitu, kemampuan bicara anak-anak ini memang tidak sebaik balita yang bicaranya sudah lebih baik.
Balita yang terlambat bicara umumnya kurang bisa mengucapkan hal-hal yang berhubungan dengan memori verbal atau mendengarkan suatu kata, kalimat atau angka dan mengatakan lagi semua hal itu.
Dalam konferensi tersebut diungkapkan juga bahwa perangkat elektronik seperti televisi dan video dikenal sebagai bahasa yang tidak sengaja didengar sehingga tidak dapat menggantikan perhatian dari orangtua. Interaksi dengan anak sangat penting ketika anak mencoba untuk belajar bicara atau memahami suatu perkataan.
Penelitian tersebut bernama Language Development Survey yang dilakukan oleh Professor Leslie Recorla dan timnya. Dalam risetnya, LDS menggunakan laporan dari para orangtua soal perkembangan bicara anak mereka yang berusia 18-35 bulan.
Ada 310 kata dalam daftar kosa kata yang dirancang untuk diketahui balita dibuat LDS. Ratusan kata tersebut bisa dengan mudahnya dikenali anak-anak sekolah yang duduk di bangku kelas lima.
Dengan daftar kata tersebut, LDS menerima laporan orangtua soal apakah anak mereka mengalami kertelambatan bicara atau tidak. Rata-rata balita tahu 150 kata. Tapi selama si balita mengetahui 75-225 kata berarti dia masih dikategorikan normal, tidak terlambat bicara.
Dalam konferensi American Association for the Advancement of Science’s dikemukakan, orangtua perlu waspada jika balitanya hanya bisa bicara 50 kata atau kurang. 25 kata yang ada dalam daftar LDS ini juga harus diketahui oleh balita yang baru belajar bicara.
25 kata tersebut adalah, ibu, ayah, susu, bayi, jus, hallo atau hai, bola, ya, tidak, kucing, anjing, mata, pisang, biskuit, mobil, panas, terimakasih, mandi, sepatu, topi, buku, lagi, habis, dadah atau bye bye.
"Kalau anak tidak banyak menggunakan kata-kata tersebut saat berusia 2 tahun, mereka bisa jadi termasuk terlambat bicara," ujar Professor Leslie seperti dikutip Daily Mail.
Untuk Anda yang merasa si kecil mengalami keterlambatan bicara, Leslie mengatakan, orangtua tidak perlu panik. Cukup banyak balita mengalami hal serupa. Namun kalau sampai si anak masih berusaha untuk bicara pada usia 2,5 tahun, orangtua perlu mempertimbangkan untuk meminta bantuan ahli atau mengajak anak menjalani terapi bicara.
Konferensi yang digelas di Vancouver, Kanada itu juga mengungkapkan setidaknya ada 20% anak dua tahun yang kemampuan bicaranya lebih lambat dari teman-temannya. 3/4 dari anak-anak tersebut memang termasuk yang terlambat bicara dan akan mengejar ketertinggalan seiring berjalannya waktu. Namun dalam kasus lain, bisa saja si anak memiliki masalah kertelambatan bicara seumur hidupnya. Saat seorang anak kesulitan pada kosakata sederhana itu juga bisa menjadi tanda dari masalah yang lain, seperti tuli, autis, dan dyslexia.
Dalam penelitiannya, Profesor Rescorla meneliti 78 anak berusia dua tahun selama 15 tahun. Dari penelitian tersebut terungkap, 1/2 responden Rescorla lambat dalam mulai belajar bicara. Namun pada saat mereka berumur 17 bulan, kosa kata yang mereka ketahui sama baiknya dengan anak-anak yang kemampuan bicaranya tidak terlambat atau normal. Meski begitu, kemampuan bicara anak-anak ini memang tidak sebaik balita yang bicaranya sudah lebih baik.
Balita yang terlambat bicara umumnya kurang bisa mengucapkan hal-hal yang berhubungan dengan memori verbal atau mendengarkan suatu kata, kalimat atau angka dan mengatakan lagi semua hal itu.
Dalam konferensi tersebut diungkapkan juga bahwa perangkat elektronik seperti televisi dan video dikenal sebagai bahasa yang tidak sengaja didengar sehingga tidak dapat menggantikan perhatian dari orangtua. Interaksi dengan anak sangat penting ketika anak mencoba untuk belajar bicara atau memahami suatu perkataan.